Latest Updates

9 Tahun Tsunami Aceh

9 Tahun Tsunami Aceh, Warga Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Pengibaran ini sebagai tanda berkabung terhadap musibah besar yang telah memporak-porandakan Aceh.
Merdeka.com - Untuk mengenang para syuhada yang telah meninggal akibat bencana tsunami 9 tahun silam, warga kota Banda Aceh mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang. Pengibaran ini sebagai tanda berkabung terhadap musibah besar yang telah memporak-porandakan Aceh.
Pantauan merdeka.com, pengibaran bendera setengah tiang dimulai sejak hari ini, Rabu (25/12). Pengibaran itu dilakukan di jalan desa, rumah, pertokoan dan gedung penyelamatan.
Kepala desa di seluruh kota Banda Aceh sengaja meminta warganya untuk mengibarkan bendera setengah tiang secara serentak. Pengibaran bendera setengah tiang ini akan berlangsung selama 3 hari sejak hari ini sampai dengan 27 Desember mendatang. Selain itu juga ada berbagai kegiatan dalam rangka peringatan tsunami diselenggarakan di setiap desa.
"Ini memang ada imbauan dari pemerintah. Tapi ini juga inisiatif warga untuk kibarkan bendera tanda duka. Kegiatan ini sudah kami lakukan sejak tahun pertama tsunami," kata tokoh Desa Lambung, Bahar Zaini, Rabu (25/12).
Warga juga berharap, pengibaran bendera setengah tiang tidak hanya di Aceh. Akan tetapi juga bisa dikibarkan di seluruh Indonesia. Pasalnya, musibah ini merupakan bencana nasional yang menyebabkan tsunami menyapu Aceh, semenanjung Malaysia, Thailand, India, Srilangka, bahkan hingga pantai timur Afrika. Bencana alam itu pun menyebabkan sedikitnya 230 ribu jiwa melayang di delapan negara itu.
"Tidak ada salahnya tanda berkabung, di seluruh Indonesia juga mengibarkan bendera setengah tiang pada 26 Desember setiap tahunnya," kata Bahar.
Setiap tahunnya, pada 26 Desember seluruh desa yang ada di Aceh menghentikan aktivitas sejak pukul 07.00 sampai 12.00 WIB guna mengenang tragedi tsunami. Selain pengibaran bendera, warga melaksanakan serangkaian kegiatan keagamaan seperti doa bersama untuk korban tsunami, tausiah, serta kenduri.
"Kegiatan ini tetap kami lakukan setiap tahunnya," kata Bahar yang juga merupakan korban tsunami yang kini hidup seorang diri.
Kegiatan sama juga dilakukan warga di Deah Baro dan Deah Geulumpang, Kecamatan Meuraksa, Banda Aceh. Kedua kawasan itu nyaris hilang dari peta pasca tsunami. Itu lantaran sebagian wilayah daratannya sudah tergerus dan menjadi laut.
 








Powered By Blogger

Translate